Kutunggu Kau Di Pasar Minggu : Berangkat dari Profesionalisme Yang Kental

 

BERADAdi lokasi syuting sinetron Kutunggu Kau di Pasar Minggu, dibilangan Depok, kita seperti berada di satu kampung Betawi, dengan segala macam problematiknya.
 
Setting keluarga Betawi yang menjadi titik sentral cerita ini, membawa para pemainnya untuk fasih dan tahu tentang kehidupan dan dialeg Betawi. Padahal para bintangnya bukanlah orang Betawi.
 
Tengok saja ketika ada adegan pertengkaran antara Cut Mini - (berperan sebagai ibu Niki dan Nona) dan seorang wanita tetangganya yang suka ngegosip, saat belanja di depan grobag tukang sayur, dialeg Betawi-nya fasih sekali. Padahal, dia dari keluarga yang berasal dari Aceh, suami dari Madura.
 
Simak pertengkarannya itu : "Lu ngapain sih, ngurusin orang melulu. Urusin tuh diri lu. Lu punya laki apa kagak sih. Urusin laki lu, jangan sampe laki lu, diurusin orang laen..."
 
Tidak cuma di adegan itu saja dialeg Betawi-nya Cut Mini fasih. Di adegan-adegan berikutnyapun, dialegnya tidak pernah berubah, medog alias kental cengkok Betawinya.
 
Apakah untuk perannya itu dia secara khusus belajar tentang bahasa Betawi atau melakukan observasi terlebih dulu?
"Enggak juga. Apa yang saya sampaikan, enak-enak aja. Saya ngejalaninnya biasa aja, ". begitu katanya pada BintangFilm yang datang menyambangi tempat syuting sinetron stripping Kutunggu Kau Di Pasar Minggu garapan sutradara Gita Asmara..
Menurutnya, Jaja Miharja banyak membantu. Kalau ada yang kurang tepat, biasanya Jaja Miharja bilang begini :" Bukan gitu, Neeeeeeng."
 
Jaja Miharja, berperan sebagai bapaknya Nikita willy (Niki) yang pacaran sama Georgino Abraham. (Gio)
"Dengan adanya Jaja,  bisa saja orang mengira ini film komedi. Di dalamnya memang ada kelucuan, ada kesedihan, ada harapan, dan ada cinta, " ujar Gita Asmara sang sutra-daranya.
 
"Tapi kebu tuhannya kan enggak meluk untuk komedi. Jaja Miharja serius. Secara umum kalo orang bertanya ini komedi apa drama, jawabnya adalah sebuah drama. Bahwa didalamnya ada situasi komedi, ada juga yang tragis, itu cuma isi, tambah Gita.
 
Tentang etnis Betawi sebagai latar belakang cerita ini, Gita Asmara menjelaskan : "Kita memang minjem setting, tokoh anak Betawi. Yang punya harapa sebagai anak yang soleha. Yang pengen nunjukin juga bahwa segala sesuatu dilakukan untuk keluarganya, untuk usaha keluarganya, semuanya demi keluarga. Anak yang berbakti sama orang tua."
 
Pemahaman seperti itu ditanamkan pada para pemainnya, sehingga chemistry di antara para pemainnya ke dalam suasana Betawi cepat dapat. Alhasil bangunan cerita yang dibina pada setiap adegan, tak terlihat canggung. Suasana syuting sudah seperti layaknya sebuah keluarga besar Betawi sebenamya. Dialeg-dialeg Betawi - meski tidak diatur -keluar dengan sendirinya dari mulut pemain-pemain yang bukan dari etnis Betawi.
 
Sosok Jaja Mihardja sebagai orang Betawi asli, sangat membantu sekali. "Beliau kadang-kadang memberi masukan pada kita, kalau Betawi begini atau begitu. Gimana mengucapkan aksen Betawi-nya. Ini berproses dari awal. Dan ternyata hasilnya sungguh memuaskan..," begitu tambah Gita, yang juga mengaku pendekatan kultur Betawi sedikit banyak di explore-nya. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, tidak terjadi kekeliruan-kekeliruan.
 
Nyaman
Tidak cuma soal dialeg, soal kesederhanaan orang Betawi digambarkan sutradara dengan apa adanya. Nikita Willy yang memerankan peran Niki, seorang anak dari penjual buah, bisa begitu nyaman ketika dia harus menaiki Kijang Buaya (Kijang Tua - entah buatan tahun berapa) yang sudah lusuh dan berkarat yang untuk naiknya saja harus menggunakan bangku. Padahal, saat pergi ke tempat syuting saja, dia naik mobil mewah Range Rover -selain mobil BMW - X6 dan Vellfire yang dimilikinya — dengan system pendingin yang memadai. Benar-benar suasana yang bertolak belakang dengan kehidupan Nikita sebenarnya.
 
Nggak bisa dibayangkan, ketika untuk berada di atas bak terbuka Niki harus menggunakan bangku sebagai tangga. Latihan sebelum syuting dilakukan      mulai dari naik, kemudian berdiri di atas bak, kemudian turun lagi, berkali-kali.  Sulit dibayangkan, bagaimana kalau jatuh, bagaimana kalau tangannya yang halus itu tergores karatan bak terbuka kijang buaya ?. Itu semua dilakukan Nikita untuk Kutunggu Kau Di Pasar Minggu. Ini menunjukkan, bahwa para bintang-bintang pendukung sinetron ini benar-benar professional. Menjalankan perannya sebaik mungkin. Demikian juga dengan para krunya. Itulah kesan yang didapat saat melongok syuting sinetron Kutunggu Kau Di Pasar Minggu, produksi Sinemart Production, yang tayang setiap hari pada pukul 18.00 WIB di Stasiun televisi RCTI.
 
(BINTANG FILM, EDISI 016, II NOVEMBER 2012)