Cut Meyriska : Dapat Cacian Gara-Gara Perankan Karin

Bagi penyuka sinetron berjudul Catatan Hati Seorang Istri (CHSI) pasti tahu tokoh Karin yang diperankan Cut Meyriska. Bagaimanakah sebenarnya Cut Meyriska dalam kehidupan nyata?

Cut Meyriska sebenarnya tak pernah menyangka akan menjadi pemain sinetron. Hanya saja saat masih duduk di bangku SMP di Medan, Chika sempat menjajal dunia modeling. Hingga suatu hari, di tahun 2007, Chika mengikuti lomba Aneka Yes! yang diadakan di Medan.

"Aku ikut lomba Aneka Yes! Ternyata juara 1 yang hadiahnya diorbitkan jadi pemain sinetron. Ya udah, dari Medan aku ke Jakarta. Memang syutingnya hanya 1 minggu setelah itu aku balik lagi ke Medan. Perannya memang tidak penting, tapi itu benar-benar pengalaman baru," ujar gadis kelahiran Medan, 26 Mei 1993.

Sejak menjuarai ajang tersebut, Chika berharap bisa sukses di Ja­karta. Benar saja. Ketika kembali ke Jakarta, ia mendapatkan tawaran bermain sinetron Suci.

 

Panen Cacian

Dalam perjalanannya, ia merasa merintis karier di dunia entertain tidak semudah yang dibayangkan. la tidak pernah menyerah. Bahkan, berpin-dah-pindah tempat tinggal sanggup dilakoninya. "Karena belum bisa beli rumah sendiri. Numpang sama sewa rumah sudah biasa," kenangnya.

Selain itu, ia pun harus membiasakan diri meninggalkan aksen Medan-nya. Hal itu diakui bintang 21 tahun ini juga sulit. Chika sempat kesusahan beradaptasi dalam hal yang satu itu. "Soalnya berpengaruh juga ke aku saat menghapal dialog. Sering take berulang kali karena aku salah ngucapin," tutur putri pasangan Suryadiaka dan Cut Suharnita itu.

Baginya, perlu proses yang cukup lama hingga ia bisa berakting dengan baik. Kemudian ia di-tawari bermain di berbagai judul sine­tron. Seperti Kepompong, Arti Sahabat, dan Kau yang Berasal dari Bintang.

Hingga akhirnya Chika mendapat peran sebagai tokoh Karin alias Hello Kitty di sinetron Catatan Hati Seorang Istri. Chika mengaku sebelum-nya tak pernah menyangka perannya sebagai Karin akan berkembang.

"Dulu aku tidak tahu peranku akan berkembang seperti ini. Yang aku tahu, dulu aku hanya berperan sebagai adiknya Alex. Ternyata berkembang menjadi selingkuhan Bram," papar pemeran Beverly di sinetron Kepompong itu.

Bagi Chika, perubahan karakter Karin itulah yang akhirnya membuat ia mendapat julukan 'Hello Kitty'. "Karena dia kecil, lucu, tapi nyebelin. Makanya diberi julukan Hello Kitty," tandasnya.

Menjalani peran yang seorang psyco tentu tidak mudah. Tapi ia bersyukur banyak yang mau membantunya. "Aku berterima kasih kepada sutradara, pemain-pemain se­nior yang memberikan masukan luar biasa, " ungkapnya.

Selain itu, Chika juga berusaha mempelajari karakter seorang psyco dari internet dan menonton DVD film-film Barat.

"Aku mempelajari dan mengikutinya saja. Ambil yang positif-positifnya," tegasnya.

Panen Cacian

Satu bulan sudah karakter Hello Kitty melekat padanya hampir 24 jam, dari Senin hingga Sabtu. Chika merasa karakter Hello Kitty yang mudah marah ini menempel dan terbawa hingga ke rumah.

"Kadang pulang syuting sudah malam. Sampai rumah marah-marah. Mungkin karena capek. Sampai Mama bingung dan bilang, kenapa Karin-nya dibawa-bawa sampai ke rumah, sih?" ungkapnya den­gan tertawa.

Tetapi kalau sampai mengganggu suami orang ataupun menyerang keluarga orang lain, sama sekali tidak pernah terpikir dalam benaknya. "Untuk apa aku harus sampai begitu. Gak mungkin. Jangan sampai aku seperti itu. Aku ini aslinya pendiam. Anak rumahan. Kuliah, syuting, setelahnya pulang ke rumah. Kemana-mana aku juga selalu didampingi Mama. Amit-amit, jangan sampai seperti itu," ujarnya Namun karena dalam satu bulan terakhir ini, Chika memerankan Hello Kitty, pandangan masyarakat macam-macam.

Banyak yang tidak bisa menerima, karena melihat dari sisi Hana. "Ada ibu yang marah-marah sampai mencubitku, terus dia bilang ke aku, kamu itu ya ganggu keluarga orang. Aku berusaha memberi penjelasan pada ibu itu, bahwa peran yang kulakukan di layar kaca hanyalah akting. Namun penjelasanku tidak didengarkan dan aku tetap mendapat omelan," ungkapnya.

Pengalaman lain yang dirasakan Chika, banyaknya pemilik akun di sosial media yang begitu membencinya. Tidak hanya cercaan semata, Chika pun sempat menda­pat ancaman di sosial media. 

 

(NYATA, Edisi 2247, V Juli 2014)