Cut Meyriska : Jangan Sampai Terjerumus Seperti 'Hello Kitty'

Berhasil memerankan Hello Kitty yang mengundang rasa kesal sekaligus benci dari para penonton, memberi banyak cerita dalam kehidupan Cut Meyriska. Apakah ia benar-benar memiliki karakter seperti Hello Kitty? Yuk berkenalan dengannya.

Rabu, 6 Agustus, saat jarum jam menunjukkan pukul 12.00 siang, terlihat kesibukan beberapa kru sinetron CHSI di salah satu sudut Taman Mini Indonesia Indah. Di dalam sebuah gedung terlihat Cut Meyriska yang baru saja merampungkan salah satu adegannya, sibuk menerima permintaan foto dari beberapa penggemar. Meski lelah, ia tetap tersenyum dan bersikap ramah melayani setiap permintaan penggemarnya.

Selesai melayani permintaan foto, Chika -demikian sapaan akrabnya - langsung menerima kedatangan WI dan mengajak berbincang di salah satu sudut ruangan. Dalam sinetron yang dibintanginya, Chika begitu lekat dengan karakter Karin atau Hello Kitty yang jahat dan licik, tapi melihat sikap ramah dan terbukanya, jelas karakter Chika sangat bertolak belakang dengan peran yang dimainkan wanita 21 tahun ini.

"Aku sih bersyukur sinetron ini jadi tontonan yang disenangi masyarakat karena di sini juga banyak kejadian yang mungkin dialami oleh masyarakat. Mengenai karakternya aku tidak masalah karena aku tahu masyarakat sudah berpikiran terbuka, mereka pasti tahu ini hanya akting," ungkap wanita kelahiran Medan, 26 Mei 1993 mi.

KARIN YANG TERJEBAK PERGAULAN

Karin atau karakter yang kerap disebut dengan Hello Kitty dalam sinetron CHSI digambarkan sebagai sosok wanita pengganggu yang melakukan segala cara untuk merebut Bram dari Hana. Sifat dan perilakunya yang jahat selalu membuat gemas para pencinta sinetron yang tayang setiap pukul 20.00 ini.

Meski digambarkan sebagai tokoh yang jahat, namun sebagai pemerannya Chika tetap melihat ada sisi positif dalam diri Karin.

"Dari Karin, kita bisa belajar bahwa dalam menghadapi orang di luar sana kita harus lebih berhati-hati. Jangan sampai mengalami apa yang dialami oleh Karin. Karena awalnya Karin ini bukan orang yang jahat, dia hanya terjebak dalam pergaulan yang tidak benar," ujar Chika bijak.

Selama mendalami karakter Karin dalam sinetron, Chika sendiri pun mengambil banyak pelajaran. la menjadi lebih sadar bahwa pergaulan bisa memberi kan dampak beragam pada diri seseorang. Karena itulah ia menjadi lebih berhati-hati. Apalagi dalam sinetron diceritakan, yang membentuk karakter Karin menjadi wanita yang jahat diawali dari pergaulan yang salah.

"Aku jadi lebih ingat agama, memperbanyak ibadah. Kalau kita kurang menguatkan agama, godaan untuk bersenang-senang akan lebih banyak dan kita bisa terbawa ke arah yang negatif. Aku juga ingin masyarakat belajar agar jangan sampai terjerumus seperti Karin," imbuhnya.

Chika juga mengingatkan kepada para orang tua yang suka menonton sinetron CHSI untuk terus memperhatikan perkembangan buah hati mereka, terutama yang mulai beranjak dewasa. Bimbingan dan komunikasi harus selalu dilakukan agar jangan sampai membentuk karakter yang mirip dengan Hello Kitty. Kalaupun terjadi hal yang sama seperti yang dialami Hello Kitty, sebaiknya orang tua langsung mengambil tindakan dan menyelesaikan masalah secara baik-baik.

Memahami sisi lain dari Karin membuat Chika tidak pernah merasa terbebani dengan cap jelek dari masyarakat. Memerankan tokoh yang kurang simpatik di masyarakat pun tidak membuat Chika lantas ogah mengambil peran serupa di masa datang. Selama mendapat kepercayaan untuk memerankan satu karakter ia pasti akan menjalaninya secara total.

"Aku sih menanggapi respon masyarakat biasa saja, aku juga tidak pernah takut untuk keluar, bertemu sama orang. Kalaupun ada yang tidak suka aku akan jelaskan, kalau diterima alhamdulillah, kalau nggakya sudah, mungkin sudah dari sananya dia harus membenci aku," Chika memaklumi.

PERAN YANG PALING BERKESAN

CHSI memang bukan sinetron pertama yang dibintangi Chika, meski tidak dipungkiri CHSI-lah yang semakin mengangkat pamomya. Di CHSI pula untuk pertama kalinya Chika memerankan tokoh yang lebih dewasa dari usianya. Di sinetron-sinetron yang pernah dibintanginya, mayoritas Chika memang memerankan tokoh ABG, berbeda dengan Karin yang menghadapi permasalahan orang dewasa. "Sejujurnya cukup menantang juga karena aku belum pernah memerankan karakter dewasa. Tapi aku yakin aku bisa. Termasuk memerankan Hello Kitty yang sudah dewasa tapi masih bersikap seperti anak kecil ujar wanita berdarah Aceh ini.

Meski sudah pemah menjajal segala jenis peran mulai dari protagonis hingga antagonis, Chika tetap melihat ada keunikan dalam Karin yang harus diperankannya. Karin digambarkan sebagai wanita yang tidak hanya memiliki jiwa antagonis tapi juga mengarah kepada kepribadian psycho.

Karakter itu pula yang membuat Chika awalnya sedikit kesulitan dalam menggambarkan sosok Karin dalam sinetron. la kemudian mulai mempelajari bagaimana karakter psycho melalui internet dan bagaimana memerankannya lewat film-film luar negeri yang ditontonnya.

Melalui film, Chika banyak menggali cara-cara berakting aktris luar negeri. Di saat break syuting pun ia sering menghabiskan waktu menonton DVD bersama pemain lain di lokasi. Mereka biasanya saling berdiskusi dan mengambil pelajaran dari cara berakting pemain dari film yang mereka tonton.

Karakter Karin bisa dibilang adalah peran yang selama ini diinginkan Chika. Karena itu ketika mendapat tawaran memerankan tokoh psycho, Chika langsung setuju, selama dalam perannya ia tidak memerankan adegan-adegan yang aneh dan bertentangan dengan norma.

"Dari sinetron ini aku menemukan banyak hal menarik. Bahwa apa yang dialami oleh Karin atau Hana juga bisa dialami oleh orang lain. Ini lebih berkesan dari semua akting yang pernah aku alami. Aku pun bersyukur sinetron ini bisa meledak. Meski begitu aku tetap terus menggali akting dan berusaha agar akting aku semakin bagus," kata aktris yang pernah bermain di sinetron Arti Sohabot ini.

Meski demikian, Chika tidak ingin terlalu mendalami karakter Karin. la khawatir karakter itu terbawa ke dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu, ia pun menghafal skenario hanya pada saat di set saja. Di luar adegan Chika lebih memilih untuk bercengkerama bersama kru atau pemain dengan mengajak mereka bercanda dan tertawa.

 

(Wanita Indonesia, Edisi 1281, 14-20 Agustus 2014)