7 Manusia Harimau : Yang mistis, yang memikat!

SETELAH sukses mengangkat cerita berdasar novel Catatan Hati Seorang Istri (CHSI), kini Sinemart men-gangkat novel karya Motinggo Boesye, 7 Manusia Harimau (7 MH) ke layar televisi. Sebelumnya, pada tahun 1987 novel ini juga sudah pernah diangkat ke layar lebar oleh PT. Kanta Indah Film, dengan sutradara Imam Tantowi dan dibintangi oleh El Manik, Ray Sahetapy, Anneke Putri, Shinta Kartika Dewi. Genrenya film horor.

Artinya, cerita tentang manu­sia jadi-jadian harimau itu, merupakan legenda atau mithos yang cukup menarik untuk jadi tontonan. Terbukti, meski baru muncul, sinetron yang dibintangi segudang artis terkenal mampu merangsek dan menggeser sinetron lain, Sin­etron 7MH menempati peringkat 6 daftar rating TV dengan angka 3,5 dan share 15,9%. Dalam laporan yang dirilis Rating TV Indonesia  melalui akun jejaring sosial, Facebook dan Twitter, 7MH membuat loncatan dalam ratingnya di epi­sode ke-2 hingga mereka berada di posisi runner-up daftar rating TV di bawah Ganteng-Ganteng Serigala (GGS).

"Ada saingan baru buat GGS dan Mahabharata nih, yaitu sinetron 7 Manusia Harimau" tulis admin Rating Acara TV In­donesia, pekan silam. "Ratingnya cukup bersaing dengan GGS dan Mahabharata."

Sinetron yang juga diperankan artis kawakan Samuel Zylgwyn ini tampaknya memang berhasil menarik perhatian pecinta sinetron Indonesia. Rating TV 10 November menunjukkan 7MH menduduki peringkat 4 dengan rating share 4,2/17.7 persen. Posisi itu hanya kalah dari GGS, Mahabhara­ta, dan Jodha Akbar. Tapi masuknya 7 MH ke dalam rangking 5 besar memberi bukti nyata, sinetron besutan sutradara Karsono Hadi memang disukai. Berarti ceritanya diminati masyarakat?

"Saya pikir begitu. Mithologi tentang manusia jadi-jadian harimau ini, memang sudah tersebar dari gunung Krinci sampai gunung Kelud. Rutenya itu gunung Krinci, Dempo terus ke Lampung, Banten, Jawa Barat jadi maung, terus ke gunung Kelud. Menurut ahli sejarah mithos itu sengaja diciptakan untuk ikut menjaga kelestarian alam. Menjaga eco­system, dan itu cukup berhasil. Kalo ceritanya sebenarnya fiktif. Bermula dari mithos, ada orang menjelma jadi manu­sia harimau. Ada harimau yang menurunkan anak cucunya, berupa manusia. Berkisar antara perbenturan kepercayaan itu dengan perkembangan jaman modern. Apakah mithos itu masih dipertahankan apa enggak, jadi konflik antara tradisi dan modernisasi, ini yang masih menjadi magnet dari sine­tron ini," kata Karsono Hadi. Yang untuk menangani sinetron seri 7 Manusia Harimau ini dibantu oleh 3 co-sutradara: Kifli Anwar, Ersan Ipank, dan Himawan.

Pak De - begitu panggilan akrab Karsono Hadi - melihat selling, point-nya ada di mistis-nya. "Trend-nya kan lagi ke sana. Cuma kita mencoba, untuk muncul beda. Bagaimana menggabungkan unsur tradisi dan modernisasi. Jadi ada silatnya, ada laptop di situ, apple-nya juga. Kita kemas, bahwa ini tontonan yang berbeda. Dari sudut pandang yang berbeda," jelas Karsono Hadi lagi. Tentang adanya animasi, Pak De mengaku tidak bisa menghindari. "Itu tehnis. Konsep awalnya itu kita mau bikin mutan. Jadi, macan tidak seperti macan.

Akan tetapi di tengah perjalanan itu ada juga masukan masukan, bukankah itu akan menakutkan. Karena segmen kita dari anak anak sam­pai orang dewasa. Buat orang dewasa mungkin senang melihat mutan. Tapi belum tentu anak-anak. Ahirnya kita ambil, macan yang real. Makanya kita pergi ke Malang. Pesantren yang di sana punya macan. Orang bergaul sama harimau benggala tapi jinak. Itu kita ambil buat stock," tambah Pak De pada Muntaco Fado dari Tabloid BintangFilm yang menyambangi lokasi syutingnya dibilangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Pad De juga melihat, masyarakat Indonesia itu sudah terbiasa dengan mithos seperti ini. "Seperti kehidupan sehari-hari, kita percaya mistik, kita percaya sihir, itu memang sudah bagian dari meanset-nya orang Asia, Indonesia. India, pokoknya orang orang bukan Barat yang buat mereka gak ada pengaruh negatif. Justeru ini menjadi kelebihan kita. Karena punya satu materi yang sebetulnya bisa menjadi daya tarik, bahwa kita pu­nya cerita-cerita yang supra natural," tutur Pak De lagi.

Ditanya tentang angka 7, Pak De kurang tahu asal usulnya. " Mungkin dalam mithos yang di Sumatra itu, 7 adalah orang yang disebut inye - inye. Seperti yang disebutkan dalam mith­ologi bahwa mereka punya ilmu harimau. Dari inye ke 1- Leb-ai Kara, inye ke 2 - Humbalang, inye ke 3 - Raja Langit, inye ke 4 - Putih Kelabu, inye ke 5 - Pandega, inye ke 6 - Limbubu, dan satu lagi inye ke-7 Harimau Putih. Yang di dalam casting ini bernama Marah. Dia keturunan manusia harimau. Manusia harimau ini semacam ilmu untuk menjaga kelestarian alam. Bahwa di jaman dulu ada penjagaan, dimaksud jangan sampai ada pembalakan liar. Dijaga. Kalau ada orang orang jahat, harimau itu muncul.

"Itu inti ceritanya. Tapi kalau itu saja yang ditampilkan, kan nggak menarik. Maka ditambahlah bumbu adanya konflik, percintaan dan perkelahian untuk mempertahankan harga diri masing-masing inye. Khusus untuk adegan fightingnya diserahkan pada Robert Santosa yang bertindak selaku sutra­dara khusus action.

Robert meski belum pernah melihat sendiri bagaimana wujudnya manusia harimau itu, khususnya soal actionnya, tapi dia sudah mempunya gambaran dari melihat film 7 Ma­nusia Harimau yang digarap oleh Imam Tantowi. "Dan mengenai actionnya ini, kita sudah berkordinasi dengan para sesepuh di Sumatera maupun di Jawa Barat, bahwa silat yang difilmiskan adalah silat harimau. Yang dikenal di Jawa Barat dengan silat Pamacan. Jurus dan langkah geraknya seperti macan. Dengan kekuatan cakarannya, terkamannya, disebut ilmu Jurus Macan. Modernnya dengan gaya boxing, gaya taekwondo, dan lain lain dikumpulin. Tapi orang orang yang 7 ini dengan jurus macan. Mereka adalah Aji Pangestu, Sigit Hardadi, Willy Dozan, Leon Dozan, Boy Hamzah, Ammar Zoni, dan Samuel Zylgwyn. Pokoknya adegan fightingnya dibuat sebaik dan seindah mungkin, sehingga asyik untuk ditonton," kata Robert, yang juga menata laga aktris Ochi Rosdiana (Pitaloka], Syahnaz Sadiqah (Karina).

Karena duel antara Pitaloka dengan Karina selalu ada. Syahnaz Sadiqah sebagai Karina menggunakan jurus macan kolaborasi dengan jurus bango. Satunya lagi Ochi Rosdiana sebagai Pitaloka memakai jurus monyet.

"Semua tidak luput dari perhatian saya. Karena hampir tidak ada scene yang tidak ada action-nya. Kalau bintangnya itu punya dasar ilmu bela diri sih nggak terlalu repot. Tapi kalau yang nol sama sekali, ya kita harus ekstra perhatian dan mengajarinya. Sehingga adegan actionnya tidak terlihat kaku. Karena di dalam film, bukan saja soal kemampuan melakukan action, tapi bagaimana adegan actionnya itu menjadi indah ketika tampil di layar. Ini yang jauh lebih penting," tambah Robert, yang sudah pernah menangani puluhan film dan sinetron yang ada adegan actionnya.

Patut diketahui, novel 7 Manusia Harimau terdiri dari 8 seri (Pantang Berdendam , Gadis Sakti, Murid Durhaka, Misteri Tirai Semanggi, Aji Melati, Amukan Pendekar Edan .

Yang sekarang dibuat sinetronnya adalah 7 Manusia Harimau : Pantang Berdendam. Dengan mengandalkan bintang-bintang topnya - selain ceritanya - Karsono Hadi percaya, sinetron 7 Manusia Harimau memiliki nilai tambah dibanding dengan sinetron-sinetron sejenisnya, yang tayang di stasiun berbeda. Terutama trick dan teknik animas-inya.Maka ketika Tabloid BintangFilm menyambangi lokasi syutingnya, pasti tidak akan ketemu macan. Karena macannya baru hadir ke layar, setelah para animator di studio SinemArt mengolahnya.  

 

(Bintang Film, Edisi 38, Desember 2014)