Jawara : Encep yang Lugu, Jago Berkelahi

Didikan guru Aki Bashir membuat Encep menjadi pendekar sejati. Merantau ke ibu kota, ia berjumpa dengan pamannya dan nyambi berjualan pepes. Meski cuma pedagang yang dikenal lugu, Encep termasuk jawara yang ditakuti penjahat ibu kota. Bagaimana sosok sebenarnya?

"Ini gara-gara perbuatan elu. Lo lihat, teman-teman gue pada pakai helm. Gara-gara lo buka sepatu, tenggorokannya pada rusak," teriak salah seorang pimpinan penjahat, ketika menghadapi Encep, di sebuah tepi kampung di Jakarta.

Sambil cengengesan, Encep menantang balik. "Maaf bang, ane lihat mereka kelaparan. Makanya ane kasih camilan (sepatu). Mau lagi bang? Kalau mau lagi, ane beri nih!," sahut Encep, tak mau kalah.

Seketika, pimpinan penjahat dan puluhan anak buahnya itu lari kocar-kacir. Mereka tak mengira, Encep, pedagang pepes yang dikenal lugu, punya jurus silat yang membuat para penjahat bertekuk lutut.

Tak ada yang mengira, sosok Encep yang diperankan oleh Ben Kasyafani, mampu menghadapi penjahat jalanan. Termasuk logat khasnya, campuran Betawi dan Sunda.

"Encep, berasal dan lama tinggal di Banten. Tapi saya memilih logat Betawi. Jadi, Sunda-Betawi. Karakter Encep, sebagai orang kampung tapi dengan sikap dan gesture seperti itu," ucap Ben, soal tantangan memerankan tokoh Encep, saat dihubungi Minggu (19/6).

Memar dan Lebam

Aksi beladiri Encep tak bisa dianggap enteng. Terutama ketika menghadapi musuh cukup berbahaya. Encep paling jago memasang kuda-kuda. Berani menantang Encep, siap-siap babak belur.

Apakah Ben sendiri memiliki pengalaman bela diri? "Pernah muay thai dan jiu-jitsu (bela diri yang pertama kali populer di Brasil). Tapi karena ini silat, harus ada penyesuaian lagi. Terutama untuk kuda-kuda dan pengembangan jurus. Tapi, di sini sudah ada koreo dan stunt untuk membantu mengembangkan kuda-kuda saya," jawabnya.

Meski pernah berlatih modal dua bela diri tersebut, tak berarti langkah Ben selalu mulus. Tanpa disadari, sepulang syuting ia mendapati beberapa lebam, memar, dan biru.

"Seperti luka bekas jatuh dari pohon. Ini hal biasa kalau luka di adegan perkelahian. Yang penting bukan luka batin, hehehe," sambungnya.

Sebelum mendapatkan tawaran di serial ini, ia wira-wiri di sinetron Tukang Bubur Naik

Haji lewat rumah produksi serupa, SinemArt Productions. Termasuk sejumlah TVM dan serial televisi lainnya. Namun, selama ini, ia selalu mendapatkan peran protagonis di serial drama.

Bagi Ben, tampil di serial action komedi sama saja. "Bedanya, ini drama action komedi yang mengajarkan tentang agama. Tapi pernah pas main di action, ada rasa kangen di drama. Begitu pula sebaliknya. Buat saya, lebih enak mendapatkan karakter yang bisa memberikan kepuasan untuk penonton," tambahnya.

"Pararepes, Pararepes"

Meski serial ini hanya tayang selama Ramadan, ada kesan tersendiri baginya. Terutama selama proses menjalani syuting la menuturkan, setelah tayang lebih dari 20 episode, ia mengaku sinetron ini perlahan mulai diterima masyarakat.

"Beberapa kali syuting terakhir, banyak anak-anak kecil yang mengerubungi lokasi syuting. Kebanyakan fans anak-anak. Apalagi Encep kan punya jargon saat berjualan pepes keliling, 'pararepes, pararepes..," ungkapnya.

Di sisi lain, Ben s'enang peran yang dimainkannya itu diterima masyarakat. Meski ada bumbu perkelahian, ia menegaskan serial ini sarat dengan sudut pandang religi dan etika bermasyarakat yang baik. Setiap agama, menurutnya, mengajarkan kebaikan untuk umat.

"Saya, lewat sosok Encep, bukan menggurui atau mendoktrin. Tapi menjalankan perintah agama agar manusia menjadi lebih baik melalui keluguan Encep dan Ading," tutup Ben. Ceppy F. Bachtiar

 

(CEK & RICEK, Edisi 931-932, 29 Juni - 12 Juli 2016)