Cing Nelan Jualan Lewat Online

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji bukan saja mengangkat kisah kehidupan masyarakat Indonesia, tapi juga peka terhadap perkembangan teknologi di masyarakat. Lewat tokoh Cing Nelan (Abdel Achrian), sinetron itu ikut memopulerkan perdagangan lewat teknologi online.

Beberapa hari terakhir, cerita sinetron Tukang Bubur Naik Haji mengangkat kisah Cing Nelan (Abdel Achrian) penjual jamu tradisional yang pindah ke toko yang lebih besar. Sebelumnya, warung jamu Cing Nelan menempel di warung bubur Emak (Nani Wijaya).

Usaha Cing Nelan mengalami kemajuan sehingga butuh toko yang lebih besar. Keberhasilan itu karena ia bisa memanfaatkan perkembangan teknologi, dengan berjualan online. Toko jamu Cing Nelan bukan hanya dikenal di Kampung Dukuh, tapi juga warga dari daerah lain. Cing Nelan bahkan sering kerepotan memenuhi order lewat online, ketimbang pembeli yang datang ke toko jamunya.

"Kemajuan toko jamu Cing Nelan antara lain karena dia berjualan online. Pembelinya bukan hanya warga dari kampung ini, tapi juga warga dari luar," ujar Abdel Achrian, pemeran Cing Nelan ketika dijumpai di lokasi syuting sinetron Tukang Bubur Naik Haji, di Cibubur, Jakarta Timur, Senin (19/12).

Perdagangan lewat online memang sedang trend di masyarakat. Orang yang tidak punya toko pun, bisa memperoleh omzet yang besar. Sayang, belum semua orang memahaminya, sehingga jumlah pedagang online masih relatif kecil.

"Rata-rata pelaku perdagangan online adalah anak muda. Karena memang merekalah yang cepat tanggap dengan kemajuan teknologi. Perdagangan yang masih bergantung pada toko, biasanya pedagangnya itu orang tua," ujar Abdel yang juga dikenal sebagai seorang komika Indonesia.

Lewat perdagangan online, pedagang yang lokasinya berada di daerah terpencil, tetap punya peluang menjadi pedagang besar. Selain itu, pelanggan juga bisa berbelanja selama 24 jam, tidak dibatasi dengan jam buka toko.

"Itu sebabnya perdagangan yang dilakukan lewat online, omzetnya sering kali lebih besar ketimbang pedagang yang hanya buka warung," ujar Abdel.

Menyerap Budaya Masyarakat

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji, juga menyerap budaya yang ada di masyarakat Indonesia. Ada keyakinan, anak yang telah berumah tangga harus berpisah dengan orang tuanya agar bisa maju.

"Kami juga tidak menutup mata terhadap budaya yang ada di masyarakat. Bahwa, anak yang telah berumah tangga itu harus hidup terpisah dengan orang tuanya. Jangan lagi bergantung ekonomi pada orang tua. Tujuannya positif, agar sang anak kehidupannya bisa maju," tutur Abdel.

Tapi budaya di Indonesia tidak setegas budaya barat. Di Eropa, anak yang telah selesai pendidikan menengah atas sudah dianjurkan hidup terpisah dari orang tuanya dan belajar mandiri.

Di Indonesia, budaya pisah rumah dengan orang tua setelah memasuki usia remaja, utamanya ada di masyarakat Sumatera Barat. Anak remaja di sana, tidurnya tidak di rumah lagi, tapi di masjid. Setelah dewasa, dia pun disuruh merantau, sehingga suku itu pun dikenal sebagai perantau. Budi G

 

(Cek & Ricek, Edisi 957, 28 Desember 2016 - 3 Januari 2017)