Citra Kirana : "Ini Bonus Dari Kerja Kerasku"

 

Peraih piala Aktris Terfavorit Panasonic Gobel Award 2013, Citra Kirana, merasakan beban moral yang berat sete-lah memerankan tokoh baik (protagonis). Mengapa?

Wajahnya cantik. Pakaiannya selalu sopan. Tutur katanya lembut dan penuh makna. Itulah sosok Rumana dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series (TBNH).

Peran itulah yang mengantarkan Citra Kirana (19), pemeran Rumana, meraih penghargaan sebagai Aktris Terfavorit pada ajang Panasonic Gobel Award 2013. "Ini bonus dari kerja kerasku," kata Citra ketika ditemui di sela acara syukuran atas kemenangannya di Cibubur, Ja­karta Timur.

Sebelum bermain di sinetron TBNH, Citra yang biasa disapa Ciki dikenal selalu berperan se­bagai tokoh jahat (antagonis). Aktingnya sebagai tokoh anta­gonis di sinetron Nikita (2009) Safa dan Marwah (2010), Ketika Cinta Bertasbih spesial Ramadhan (2010), Putri Yang Ditukar (2010-2011), dan Dewa (2011).

Baru di TBNH, Ciki mendapatkan peran sebagai tokoh baik (protagonis) bernama Rumana. Awalnya, keti­ka dihubungi produser dari Sinemart, Ciki tidak tahu pe­rannya.

"Pokoknya aku langsung setuju dan tanpa tanya-tanya nanti aku berperan jadi apa. Aku juga minta mama nggak usah nanyananya lagi. Paling juga jadi antagonis lagi, karena sebelumnya kan memang antago­nis terus," cerita gadis kelahiran 23 April itu.

Tapi, begitu memerankan tokoh protago­nis, Ciki kaget bukan main. "Kaget banget. Soalnya di sini untuk kali pertama aku dikasih peran pro­tagonis. Apalagi harus pakai kerudung, jadi ustadah. Tapi inilah tantangan buat aku," urainya.

Di awal syuting TBNH, Ciki sempat mengalami kesulitan. Sifat-sifat buruk sebagai spesialis pemeran antagonis muncul tanpa disadari.

"Jadi, karena sering dapat peran antagonis, pas awal-awal, judesnya masih kelihatan. Kalau sudah begitu, biasanya Mama dan Kakak yang ngingetin jangan judes-judes," tutur Ciki.

Setelah peran Rumana melekat pada dirinya, sifat judes Ciki tidak lagi muncul. Meski begitu, bukan berarti Ciki terlepas dari beban. Justru beban yang dirasakan sekarang lebih berat, karena dia harus mengenakan jilbab. Padahal, dalam kehidupan nyata, dia tidak memakainya.

Pertama kali mengenakan jil­bab, ia merasa kepanasan. "Telinganya juga sakit karena pakai ciput. Mungkin karena belum terbiasa. Tapi kalau sekarang sih sudah biasa, telingaku sudah nggak sakit lagi," bebernya.

Masih Dangkal

Sebagai ustadah Rumana, Ciki berkewajiban menasihati orang-orang di sekitarnya. Ini juga jadi beban mental yang berat, karena Ciki mengaku pengetahuannya tentang agama masih dangkal.

"Aku aja masih harus banyak belajar agama. Tapi di sini aku sudah harus menasihati orang soal agama. Jujur, itu kesulitan yang sampai sekarang masih aku rasakan," ujarnya. Namun, di balik kesulitannya itu, Ciki juga merasa sangat beruntung. Karena dengan memerankan tokoh Rumana, pengetahuannya tentang agama semakin meningkat. "Karena peran itu, aku se­karang sudah lebih banyak tahu tentang hadist. Soalnya Ru­mana kalau nasihatin memang pakai hadist. Itu sisi positif yang bisa aku ambil dari peran aku," tutur gadis ayu itu.

Tokoh Rumana pun tampaknya sudah sangat melekat pada dirinya. Bila bertemu seseorang di jalanan, seringkali Ciki justru dipanggil dengan sebutan Rumana.

Tak jarang mereka menanyakan jilbab yang identik de­ngan Rumana. "Kalau sudah begitu nanyanya, biasanya aku kasih pengertian ke mereka ka­lau sehari-harinya aku memang belum pakai jilbab. Alhamdulillah mereka bisa ngerti," cerita gadis lulusan SMA itu.

"Aku harus bisa mempersiapkan diri dan hati dulu. Nanti kalau aku sudah benar-benar siap dari hati baru pakai jilbab karena semua perempuan pasti ingin pakai jilbab," tambahnya.

Setelah antagonis dan pro­tagonis, Ciki berharap di masa datang bisa main film action. Bahkan ia tak keberatan jika ha­rus mengenakan pakaian yang sedikit terbuka.

"Kalau jalan ceritanya bagus, kenapa nggak. Yang penting terbukanya nggak banget, bi­asa saja dan itu masih wajar dan normal," harap Ciki.

 

(NYATA, Edisi 2179, II April 2013)