Orang-Orang Kampung Duku

Sinopsis

 

Cerita tentang seorang bernama SULTAN (25 tahun), lajang yang dikagumi oleh hampir seluruh orang-orang kampung Duku, karena dalam segala hal  selalu tahu lebih dulu setiap topik persoalan.. Sehingga banyak orang kampung Duku yang meminta saran dan arahan dari Sultan kalau mendapat kesulitan. Wajahnya cukup tampan, tapi lugu, sinar matanya menandakan dia orang cerdas dan jujur, selalu bicara apa adanya. Bagi dia kejujuran itu penting, karena menurut dia, jujur membuat manusia tidak punya beban.

BANG SANUSI (BANG UCI) yang juragan kos-kosan, tetangga rumah dimana SULTAN tinggal, menganggap SULTAN itu cukup menyenangkan, tapi karena tidak bisa basa basi, terkadang kesannya jadi menyebalkan, sering kalau dia balik ke kampung dari mengembara (yang sebenarnya dia dagang kelapa muda dan air mineral di areal pelabuhan), dia akan diusir secara halus kalau terlalu lama di kampung Duku, karena selalu saja pendapat dan cara pandangnya membuat orang jadi kesal, bahkan bisa nyaris berkelahi, karena tidak sesuai dengan cara berpikir orang Kampung Duku. Tapi ketika dia sudah pergi lagi, baru mereka menyadari bahwa pendapat SULTAN itu benar. Tapi bagi SANUSI yang begitu kagumnya pada pendapat SULTAN sampai mengira bahwa dia itu sebenarnya waliyullah, setidaknya punya ilmu laduni.

Menurut Pak RT MARJUKI, Sultan adalah penyakit. Dia kesal karena Sultan selalu mengritik pak RT, yang dibilang tidak jujur lah, yang mata duitan lah, yang hanya bisa menjilat atasan lah, padahal menurut penduduk kampung itu, Pak Erte orang yang paling capek di lingkungan itu. Sultan terlalu berlebihan menuntut Pak RT harus jadi pemimpin teladan, pemimpin sejati, harus memberi contoh kejujuran dan sebagainya. Sebenarnya kebencian RT MARJUKI kepada SULTAN karena pernah membuat RT Marjuki terpaksa harus jalan kaki dari kantornya di Sudirman, sampai kampung Duku, tanpa pegang uang sepeserpun. Semua itu gara-gara saran SULTAN kepada POK INDUN isteri MARJUKI supaya mengambil semua uang yang ada di selipan dompet dan tempat-tempat lain yang biasa untuk menyembunyikan uang dari kaum lelaki. Celakanya nasihat itu benar-benar dilakukan oleh isterinya. Sebelum itu MARJUKI dan SULTAN itu shohib jiddan, alias teman kental....

Memang RT MARJUKI disamping mata duitan dan mata perempuan, dia juga agak sedikit kurang Jujur. Tapi warga suka. Justru dengan erte yang kurang Jujur, kan segalanya jadi mudah diatur. Bisa diajak memanipulasi surat dan kartu keluarga, macam-macamlah. Biasanya Pak Erte yang Jujur, akan cenderung tegas dan menyulitkan.

Berbeda dengan kaum lelaki yang lebih banyak memusuhi Sultan, maka sebagian besar kaum perempuan malah sangat menyenangi Sultan, karena selalu memberi solusi ketika mereka bermasalah, terutama dalam masalah rumah tangga... Itu juga yang menyebabkan kaum lelaki menganggap Sultan ini mata-mata dari kaum ibu. Masih banyak lagi pendapat orang lain tentang SULTAN.

Sementara pendapat KONG MARKUM kakek si Sultan yang agak budeg karena faktor umur, tidak kalah nyentriknya, justru sebaliknya dari pendapat rata-rata Orang-orang Kampung Duku, katanya, Si Sultan itu anak yang penurut, sebagai anak yatim yang sampai usianya menembus dua puluh lima  tahun itu masih bujangan karena hanya memikirkan Darkum dan adik perempuannya, si INCUN, benar-benar menjadikan ngkong Darkum prihatin. KONG MARKUM selalu membela Sultan, kalau dia sedang ada kasus dengan tetangga. Dan pembelaannya selalu kurang nyambung karena dia budegnya itu.

Tapi sekali waktu pernah terjadi dimana seluruh penduduk kampung mengelu-elukan SULTAN, ketika dia masuk tivi, sebagai saksi pelapor tentang perampokan bank, dari laporan SULTAN itulah maka penjahatnya bisa diringkus. Cukup lama acara itu digelar dan layaknya pahlawan, Sultan diundang sebagai narasumber dari berbagai stasiun tv. SULTAN mengantongi uang honorarium sebagai narasumber tidak kurang dari 10 juta, dia lalu membelikan oleh-oleh untuk INCUN adiknya, Engkongnya si abah Markum, juga menyumbang RT nya untuk membangun gardu jaga.

Selanjutnya ORANG-ORANG KAMPUNG DUKU adalah refleksi kehidupan masyarakat horisontal satu sama lain selalu ada kaitan dan keperdulian. Sebuah sketsa masyarakat urban yang selalu bisa berkelit dari kesulitan hidup, mereka berbaur dengan tetangga mereka yang kaya dan juga yang miskin.... cerita bisa tentang berbagai macam hal yang menyangkut penduduk kampung itu.

Dan kisah petualangan SULTAN tetap berjalan dengan menemui berbagai kejadian dan berbagai manusia, selalu menimbulkan persoalan yang unik tapi selalu selesai dengan tenteram.

Sementara penduduk kampung kalau  sedang ada masalah berat selalu merindukan kedatangan SULTAN yang secara Jujur mereka akui, pasti mampu menyelesaikan. SULTAN adalah tokoh yang dibenci tapi dirindukan…. Dan sampai sekarang di perumahan dimana Sultan Tinggal muncul kejadian-demi kejadian yang terkadang terasa naif, bombastis dan lucu, akibat ulah Sultan....

 


Cast n Crew

 

CITRA KIRANA                          

RIFKY BALWEEL                         

GIOVANI L. TOBING                           

LATIEF SITEPU                          

H. NANI WIJAYA                       

EDY OGLEK                               

DINA LORENZA                         

LULU ZAKARIA                          

DERRY 4SEKAWAN                   

JOHAN JEHAN                           

DEWI ALAM                               

SISI SYAHWARDI                      

SALIM BUNGSU                        

YAHYA                                               

DEDI MAULANA                        

ZAHWA AQUILA                        

LILIS IRENG                             

INTAN PRAMITHA                     

GILANG RINO                           

AMOROSO KATAMSI                           

ADAM RANA FADILLAH     


Production Stils

 

Sutradara               :        Rindra Panca

Produser                :        Leo Sutanto

Cerita & Skenario    :        H. Imam Tantowi

Produksi                 :        SinemArt

 

Lagu Tema     :  “SUBHANALLAH”

Vokal           :  “OPICK”

Ciptaan         :  “OPICK

Produksi        : FORTE RECORDS