11 Tahun Sinemart : Tayangan Sinetron Variatif Menjadi Unggulan

SINEMART adalah salah satu perusahaan rumah produksi di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Januari 2003 di Jakarta oleh Leo Sutanto, setelah hengkang dari Prima Entertainment. Saat ini, mayoritas sinetron produksi SinemArt ditayangkan di stasiun televisi RCTI.

Pengalamannya selama 25 tahun berada di jaringan bioskop 21, telah memberikan kontribusi positif bagi perkembangan SinemArt. Instinknya yang begitu tajam, telah melahirkan sinetron dan film layar lebar yang disukai penonton.

Meski untuk memproduksi tayangan sinetron dan berhasil menjadikannya tayangannya nomor wahid, bukan pekerjaan mudah. Bukan saja karena faktor keberuntungan, tapi kejelian dalam memilih tema cerita, penentuan pemain, penetapan sutradara dan mampu menangkap selera penonton, merupakan kunci keberhasilan itu.

Sejak masih memakai nama Prima sampai berubah menjadi SinemArt, production house [PH) milik Leo Soetanto ini, telah menunjukkan "kehebatannya". Tidak kurang dari 100 judul dengan ribuan episode dan ribuan jam tayang, membuktikan bahwa Sinemart bukan sekedar hadir. Tapi sekaligus mampu memberikan kontribusi yang besar dijagad hiburan televisi negeri ini.

Tayangannya Putri Yang Ditukar yang tayang pada 29 September 2010 dan berakhir 25 November 2011, sebanyak 700 episode, merupakan sinetron produksi Sin­emArt yang fenomenal. Dan sekarang sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH). TBNH, garapan sutradara H. Ucik Supra ini pertama kali tayang pada tanggal 28 Mei 2012. Sampai sekarang masih termasuk sinetron andalan dari RCTI, dan sudah memasuki episode 1200. Ini meru­pakan sinetron seri pertama di Indonesia yang bisa mencapai episode diatas seribu.

Sinetron yang dibintangi oleh : Mat Solar (Haji Sulam) (sudah tidak lagi bermain), Uci Bing Slamet (Rodiah), Nani Wijaya (Emak),Citra Kirana (Rumanah), Andi Arsyil (Robby), Aditya Herpavi ( Rahmadi), El Manik (Kyai Zakaria), Marini Zumarnis (istri Kyai Zakaria), Salim Bungsu (Mang Odjo), Latief Sitepu (H. Muhidin), Shinta Muin (Hj. Maemunah/sudah tidak lagi bermain), Dorman Borisman (H. Rasidi), Derry Sudarisman (Macmud), Alice Norin (Rere), Nova Soraya (Romlah), Eddy Oglek (Kardun), Dina Lorenza (Riamahj), Lenny Charlote (Mak Enok) dan masih banyak lagi bintang lain, menjadi tayangan yang selalu ditunggu pemirsanya.

Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji The Se­ries seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang di dalamnya termasuk perilaku kita sendiri. Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian orang. Sebenarnya ada kecenderungan kita ingin pamer. Bagaimana kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini.

Di dalam perjalanannya, SinemArt telah melahirkan berbagai sinetron dan bahkan film layar lebar, dalam berbagai genre. Meski terkadang kurang berhasil, tapi 90% dari produk-produk sinetron yang dihasilkannya, berhasil dipasaran. Karena selain pemilihan ceritanya yang pas, juga setiap produksinya bertabur bintang. SinemArt telah memproduksi sinetron-sinetron unggulan seperti: Alisa, Binar Bening Berlian, Nikita, Manohara, Doa dan Karunia, Kawin Masai, Kejora dan Bintang, Khanza, Dewi, Mertua dan Menantu, Dia Jantung Hatiku, Safa dan Marwah, Ketika Cinta Bertasbih Spesial Ramadhan, Kemilau Cinta Kamila, Putri Yang Ditukar, Cinta dan Anugerah, Anugerah, Yusra dan Yumna, Tukang Bubur Naik Haji The Series, Anak-Anak Manusia, Pashmina Aisha.

Satu daya tarik dari sinetron dan film layar lebarnya, karena SinemArt memiliki segudang bintang-bintang top. Baik yang muda maupun yang senior, menjadi daya tarik dan memiliki daya jual yang tinggi.

Dari segi prestasi, tayangan-tayangan sinetron dan film layar lebar produksi SinemArt, banyak mendapat penghargaan diberbagai event festival.

Maka, tidak heran, bila Sinemart dipercaya publik. Dan RCTI mempercayai untuk mengisi tayangan sin-etronnya di jam-jam primetime. Sekarang ini, empat judul produksinya: Tukang Bubur Naik Haji, Anak-Anak Manusia, Pashmina Aisha dan Ayah Mengapa Aku Beda menjadi tayangan unggulan RCTI.

Rating

Leo mengaku saat dia bergerak jam terbang dan kegemarannya menyaksikan film dan serial televisi dari berb­agai negara, merupakan pegangannya. "Tetapi yang paling saya andalkan dari diri saya adalah insting" tambahnya.

Leo menyatakan SinemArt menginginkan produk film televisinya adalah produk yang bisa diterima oleh penonton. "Saya ingin SinemArt menghasilkan karya yang berbeda, memang ngepop, tapi pekerjaannya harus serius, harus sempurna !" katanya dengan semangat.

Produksi pertama SinemArt adalah sinetron Malam Pertama yang dibintangi Marcella Zalianty, ditayangkan stasiun SCTV yang berhasil merebut perhatian pemirsa. "Tetapi yang kemudian ,membuat heboh adalah serial Ada Apa dengan Cinta," kata Leo. Dan keputusan mem­buat sinetron inipun adalah hasil dari sebuah insting. Gerakan berdasar insting seperti ini memang sering membuat orang-orang disekeliling Leo "jantungan". "Tidak apa, saya ada hitung-hitungannya," demikian Leo menenangkan orang-orang disekelilingnya. Dan apapun hitung-hitungannya, sebaiknya orang percaya saja pada Leo, karena kalaupun film itu tak menghasilkan laba, Leo paham betul bahwa dia akan mendapatkan prestise dan citra. Di masa yang akan datang,orang akan paham "citra" dan "prestise" tidak bisa dibeli dengan uang, melainkan berdasarkan kepercayaan.

Rating memang telah menjadi sebuah keharusan dan penting bagi stasiun televisi dan pemasang iklan. "Me­mang teman-teman sineas mengeluh, karena jalan cerita bisa berbelok akibat rating," kata Leo. Leo memahami mengapa para sineas dan pemain film serius, banyak yang menjauhi televisi untuk waktu yang lama. Tapi Leo realistik,"saya mencari uang dari rating."

Setiap malam - tanpa mengenal waktu - Leo dan timnya mengadakan rapat di kantornya. Mereka membicarakan jalan cerita dan penggarapan sinetron selanjutnya. Hasilnya, SinemArt sejak berdirinya sampai sekarang telah berhasil memproduksi ratusan judul sinetron yang hampir semuanya masuk dalam 10 besar rating. Ini karena Leo ikut membaca script dan memberi pendapat.

Namun keistimewaan Leo yang paling penting, menurut beberapa sutradara, selain dia produser yang paham bisnis, dia juga paham sisi artistik sebuah film. Jarang ada produser yang memahami kedua faktor itu. Dan terakhir, yang paling diimpikan setiap sutradara adalah, jika Leo sudah mempercayai seseorang, dia akan memberi kebebasan sepenuhnya dalam eksekusi pembuatan.

"Saya biasanya memberi pendapat pada hasil akhir saja," kata Leo."Saya tahu seniman akan jengkel diganggu-ganggu kerjanya."

Dalam perjalanan SinemArt yang sukses itu, nampaknya masih belum memenuhi impian Leo. "Saya masih ingin mem­buat film Bumi Manusia, masih ingin mengejar sutradara Ang Lee, masih ingin membuat serial sinetron-sinetron yang ceritanya membumi, masih ingin membuat sebuah film layar lebar yang berkisah tentang roman yang pedih hingga ketulang sumsum seperti Gone with the Wind, tanpa harus banyak adegan airmata. Mudah-mudahan Tuhan masih memberi saya umur panjang untuk terus berkreasi.

 

(BINTANG FILM, Edisi 31, April 2014)