Film Ketika Mas Gagah Pergi : Kisah dari Buku Legendaris

 

SEBUAH novelet legendaris karya Helvy Tiana Rosa, berjudul Ketika Mas Gagah Pergi diangkat ke dalam layar lebar. Sebuah cerpen yang berkisah tentang perubahan seorang Mas Gagah dari yang kurang mendajami ilmu agama islam, dan menjadi seseorang yang senang mempelajari islam, serta mengamalkan setiap ilmu yang dipero-lehnya ini produksi oleh Sinemart Picture.

Proses pra produksi yang tengah me-masuki tahap proses casting ini renca-nanya masuk proses syuting pada Maret mendatang, dan di sutradarai oleh Chaerul Umam. Sedangkan, penulisan skenario dan ide cerita, rumah produksi yang sebelumnya mengarap film Tendangan Dari Langit ini mendaulut Helvy Tiana Rosa sebagai penulis. "Mba Helvy tetap kami libatkan dalam film ini, beliau tetap sebagai penulis," kata Abdul Azis PR Manager promo cinemart picture di sela-sela casting di GOR ragunan Jakarta, Sabtu (12/1).

Keterlibatan sang penulis dalam film terbarunya ini tentu saja menjadi ton-tonan yang menarik. Sebab, sastrawan, sekaligus Pendiri Forum Lingkar Pena dan dosen di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini tahu betul jalan cerita dalam buku yang sem-pat meraup sukses dan menjadi inspi-rasi masyarakat remaja tersebut.

Apalagi dalam buku tersebut, bunda Helvy menyajikan cerita yang cukup inspiratif dan mengalir. Tidak hanya itu perempuan yang meraih penghargaan The World's Most 500 Influential Muslims 2012, Royal Islamic Strategic Studies Centre , Jordan ini  tidak membuat kening pembaca berkerut kerut untuk memahaminya.

Ditambahkan lagi tata bahasanya yang runtun sehingga membawa membaca cerpen ini bisa masuk ke dalam cerita tersebut. "Pembaca seakan-akan bisa masuk dalam kehidupan Mas Gagah dan Gita dan ini yang akan kami sugu-hkan," tegasnya.

Azis menambahkan sesuai schedule, film ini akan dirilis sebelum bulan pu-asa dan dipastikan berbeda dengan film-film yang pernah diproduksi sine-mart picture. "Film ini sangat berbeda dengan film-film religis yang kami pro­duksi, dan film ini memang tidak mengikatwaktu," katanya.

Tentunya untuk mendulang kesuksesan penjualan buku, cinemart picture berusaha selektif memilih tokoh utama, diantaranya Gagah Perwira Utama,(20) Gita Ayu Pertiwi, (17) dan Yudistira Arifin (22). Tidak ayal, cine­mart membuak casting dengan melibat-kan 500 lebih kontestan dari segela penjuru untuk mengikuti casting. "Ini casting terbesar yang kami lakukan, tetapi memang dalam proses pembua-tan film-film sebelumnya, konsep seperti ini sangat menunjang keberhasilan sebuah film,"jelasnya.

Menarik lagi dalam casting tersebut, tidak hanya para aktor muda berbakat yang ikut andil. Sejumlah masyarakat yang pernah membaca buku tersebut ikut terlibat dalam casting yang diseleksi oleh dewan juri yang terdiri dari Niniel L karim. Didi Petet, Chaerul Umam dan Helvy Tiana Rosa.

"Banyak orang yang terinspirasi me-makai kerudung, ketika membaca ce­rita pendek ketika mas gagah pergi. Termasuk salah seorang teman ketika SMA. Kisah ketika mas gagah pergi me­mang terasa nyata karena menggambar-kan cerita sehari-hari, cerita tentang sang Kakak yang bernama Gagah dari sudut pandang sang adik," kata Winda salah satu peserta casting.

CARI PEMAIN YANG CERDAS

DIDI Petet tim juri proses casting film Ketika Mas Gagah Pergi mengemukakan, film ini sangat menarik. Apalagi film ini diadopsi dari sebuah buku yang legendaris. Hanya saja untuk menjadikan film ini men-jadi satu tontonan yang berkesan sesuai dengan bukunya.

Tokoh yang memerankan hams sesuai dengan karakter dari buku tersebut. "Untuk memilih aktor itu tidak muda, kita harus tahu betul penjiwaanya, apalagi film ini mengadopsi dari sebuah buku yang sempat sukses," jelasnya.

Dalam proses pencarian tiga tokoh utama tersebut, aktor yang juga seorang dosen ini tidak menutup para aktor berbakat untuk ter-libat, mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemeran utama. "Kita cari yang terbaik, kami ingin menyuguhkan se­buah tontonan yang menarik dan tidak mau mengecewakan para pembaca," jelasnya.

Sementara itu, Helvy Tiana Rosa menam-bahkan, selain harus sudah khatam mem-baca novel, beberapa syarat dibebankan kepada calon peserta. Seperti, calon peme­ran Gagah Prawira Utama, harus cerdas, priang, jago karate dan religius. Dengan umur sekitar 20 tahun, tingkat akhir tehnik sipil. "Sementara pemeran Gita Ayu Pertiwi harus cantik, tomboy yang kemudian ber-hijab," ujarnya.

Sebab dalam novelnya, Hevly mengata-kan Gita sempat bingung, bagaimana bisa sang kakak yang dulu periang, humoris, senang jalan, suka nongkrong, dan suka nonton ke bioskop, sekarang menjadi lebih pendiam, dan jadi malas pergi ke mana-mana. "Gita nggak pernah diajak pergi-pergi lagi. Gita sebeeeel. Mas gagah me-mang lebih alim, tapi gita tidak merasakan kedekatan dengan kakak semata wayang-nya seperti dulu.Gita merasa kehilangan. Penampilan Mas Gagah juga berubah, tidak semodis dulu," katanya.

Bagaimana Gita menghadapi hal ini? Apakah Gita menjadi bemusuhan dengan Mas Gagah? Hhmm.. Temukan sendiri jawabannya dalam film tersebut.

(INDOPOS, Senin 14 Januari 2013)