Catatan Hati Seorang Istri : Cerita luka hati para perempuan terzolimi!

MELONGOK syuting sinetron Catatan Hati Seorang Istri (CHSI), memang butuh stamina yang tinggi. Karena iokasi syuting - meski berada di Perumahan Tanjung Barat Estate - tapi set rumah yang dipakai terpencar dan berjarak cukup jauh. Ada Iokasi rumah Hana (Dewi Sandra), rumah Vina (Yasmine Blood), taman bermain, Gedung Olahraga yang di sulap untuk set kantor, kafe dan banyak lagi set lainnya.yang memang memperkaya setting sinetron produksi SinemArt Production itu.

Jadi intensitas kerja para km memang cukup tinggi. Meski saat bulan Ramadhan, mereka bekerja tetap dengan semangat yang bergairah.Tidak ada yang nampak lesu. Meski masing-masing punya tugas yang berbeda, tapi satu tekad mereka: menggarap sinetron ini dengan baik.

Untuk menunjang kelancaran syuting yang berbeda tempat itu, pihak produser membentuk 3 Tim untuk menanganinya. Ada Tim yang dikendalikan asisten sutradara Doddy Djanes, ada Tim dibawah arahan Teteh Epoy dan ada Romi Mepet. Ada yang menangani syuting scene Hana, Vina, dan ada yang campuran. Ketiga asisten sutradara itu berada di bawah kendali sutradara utama Maruli Ara. Tetapi konsep penyutradaraan dibuat oleh Sutradara Maruli Ara. Seperti yang diakui Doddy: "Dari awal Bang Maruli yang membuat konsepnya. Saya meyambung. Dan kita berusaha menjaga karakter Hana. Supaya terlihat natural sampe ending."

Ya, menjaga karakter yang kesinambungan, memang bukan pekerjaan mudah. Dengan beda set, maka dibutuhkan kejelian dari para asisten, script sampai penata busana. Mereka harus jeli. Dan satu hal lagi, kesemua asisten itu harus mampu menjaga atmosfir acting masing-masing bintang yang ditanganinya.

"Ini sebuah drama, tetapi beda dengan drama yang lain. Dramatisasinya pun tidak terlalu tinggi. Dibikin senatural mungkin tanpa melebihkan ataupun mengurangkan," begitu kata Doddy Djanes pada Muntaco Fado dari Tabloid BintangFilm, di Iokasi syuting di Perumahan Tanjung Barat. .

Karena menurut Doddy, cerita Catatan Hati Seorang Isterf (CHSI) merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari maka penggarapannya juga bercermin pada keseharian itu. "Kalau emosinya sekian, ya sekian. Jangan lebih, jangan kurang. Yang penting penonton merasakan, apa yang dilayar itu sesuai dengan yang pernah dialami. Yang jelas, banyak orang mengalami seperti apa yang dialami Hana (Dewi Sandra), tokoh sentral sinetron seri ini. Perempuan yang terzolimi. Dan itu sangat banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kalau mereka menonton cerita ini, mereka merasa ada di posisi yang sama," tutur Doddy.

Doddy juga menuturkan, pernah terjadi, seorang pemain menangis ketika baru membaca naskah CHSI. "Ketika ditanya, kenapa menangis, dia bilang pernah mengalami hal yang serupa : ini saya banget. saya ngalamin hal seperti ini. Waktu dia bermain satu frame dengan Hana, keluartangisannya. Pilunya, seperti pilu yang dia rasakan," tambah Doddy lagi.

Jadi menurut Doddy, banyak perempuan yang terzolimi karena suaminya selingkuh. Tapi di sini diangkat secara real, hati seorang perempuan bagaimanapun yang terjadi dia tabah menghadapi semuanya.

"Bagaimana dia bisa menerima suaminya kembali, biasanya luka hati seorang perempuan masih terasa hingga 15-20 tahun. Seorang Hana yang tabah menghadapi kenyataan, berusaha mempertahankan rumah tangganya. Dengan segala kesabarannya, seiring dengan sakit hatinya, dia bertawakal, berserah diri pada Allah. Dia berupaya anaknya yang baru berumur 5 tahun jangan sampai menjadi korban keadaan," papar Doddy.

BintangFilm beberapa kali datang melongok syuting CHSI -saat masih bulan puasa sampai di hari kedua Lebaran - terlihat kesibukan syuting tak pernah kendor. Saat hari kedua Lebaran, sutradara Epoy saat ditemui tengah mengambil shoot adegan suasana Lebaran - mengambil set rumah kediaman Vina — Hana (Dewi Sandra) bersama Vina (Jasmine Wildblood) tengah terlibat dalam kegembiraan Lebaran.

Sebelumnya, diambil scene Hana bersama suaminya Bram (Ashraf Sinclair) bersama tamu-tamu dan Karin (Cut Meriska) terlibat dalam adegan Lebaran. Terlihat Karin berlutut di kaki Hana, menangis, minta maaf. Apakah ini permintaan maaf yang tulus ? Entahlah, namun yang pasti adegan ini tidak perlun diulang berkali-kali dan cepat "dibungkus". Adegan yang menampikan banyak pemain, di shoot di sini, di bawah pengarahan sutradara Romi Mepet.

Hal lain, dari pengamatan di Iokasi, kerepotan ternyata tidak cuma terjadi pada para asisten sutradara yang berjumlah 3 orang itu, tapi juga penata suara (sound-man). Karena Hana bergerak sebagai blogger, maka narasi suara tanya jawab yang terjadi di sosial media itu harus hadir bersamaan kehadiran Hana dalam satu frame. Tapi tidak semua pemeran yang curhat itu ditampilkan di layar TV. Tetapi setidak-tidaknya, suaranya dimunculkan di dalam adegan yang bersangkutan (out-sound). Nah, penata suara adalah pekerja yang berkompeten untuk adegan ini curhat.

"Dia bekerja lebih cermat dibanding ketika dia menangani sinetron lain. Karena apa, karena pada setiap episode CHSI akan ada adegan curhat dalam bentuk narasi suara yang bertanyajawab pada Hana. Makanya, volume kerja penata suara di sini lebih tinggi dibanding pada sinetron drama biasa," tambah Doddy.

 

(Bintang Film, Edisi 35, Agustus 2014)