Sinetron "Tukang Bubur" Terus Meroket

 

Sinetron Tukang Bubur NaikHaji The Series, kembali menjadi sebuah tayangan fenomenal di RCTI. Sine­tron ini terus bertahan di posisi teratas prime time.

Penggemar Mat Solar pastinya sudah tak asing lagi dengan akting Haji Sulam di sinetron TukangBuburNaikHaji (TBNH) The Series. Drama religi yang dibintangi para pemain papan atas Indonesia tersebut menyapa penikmat hiburan layar kaca setiap hari di RCTI mulai pukul 19.00-22.30, kecuali Jumat yang dimulai pukul 19.00-21.00WIB. Sinetron yang diproduksi oleh SinemArt itu kian digandrungi oleh para penggemarnya.

Sinetron yang mulai tayang sejak menjelang Ramadan tahun lalu, tak pernah surut penggemar, malah makin bertambah pencintanya, terbukti sinetron ini terus ditayangkan hingga sekarang. Bahkan absennya Mat Solar dalam sinetron ini sepertinya tidak menyurutkan minat penonton terhadap sinetron besutan Sinemart ini.

Nama-nama pemain lawas, seperti Nani Wijaya, El Manik, Dorman Borisman, Uci Bing Slamet, dan Marini Zumarnis semakin menguatkan j alan cerita, tak terkecuali pemain baru yang juga tak kalah mumpuni. Sebut saja Citra Kirana, Aditya Herpavi, Alice Norin, dan Abdel Achrian, dan tingkah Deny yang mengundang tawa. Di lain pihak, ada saja kelakuan Haji Muhidin yang diperankan Latief Sitepu, yang membuat geram penonton.

Namun, justru kehadiran Haji Muhidin yang juga selalu ditunggu peng­gemar sinetron ini. "Saya suka kesal dengan kelakuan Haji Muhidin. Dia ngelakuin berbagai cara supaya Sulam sengsara. Namun, justru dia yang bikin cerita jadi ada geregetnya," kata Wisnu, yang tinggal di bilangan Pasar Minggu ini. Pria 40 tahun itu mengaku hampir tak pernah melewatkan episode sinetron yang disutradarai Ucik Supra tersebut. Menurut dia, si­netron itu bukan sekadar menayangkan hiburan semata. Namun, dari dialog-dialog yang dilontarkan terselip nilai-nilai moral yang patut ditiru. "Istilahnya, ada sisi edukasi-nya juga," beber Wisnu.

Endah Hari Utari selaku Programming & Production Director RCTI mengatakan, hingga saat ini jumlah pemirsa sinetron ini masih sangat baik. "Data minggu lalu, sinetron ini berhasil mendapatkan rating 5,9 dan share 24,6. Saat ini, sinetron Tukang Bubur Naik Haji ini menjadi program nomor 1 di antara semua pro­gram sejenis stasiun televisi," ungkap Endah kepada SINDO.

Tema keseharian yang cukup sederhana justrumenjadi daya tank dari sinetron ini. Ja-linan ceritanya pun sangat mudah diikuti. "Chemistry di antara pemain sudah terbangun dengan baik sehingga masing-masing pemain mampu memberikan karakternya lebih baik lagi ditambah dengan  ceritanya yang kuat dengan dia­log yang lucu dan lugas mem­buat sinetron ini selalu ditunggu-tunggu pemirsa setia RCTI saat primetime," kata wanita yang biasa disapa Uut ini.

Menurut Uut, pertimbangan pihaknya memutuskan untuk menayangkan sinetron ini karena tema cerita yang positif, dekat dengan keseharian masyarakat kita. "Sinetron ini memiliki pesan moral yang sangat baik, yakni pentingnya berbuat baik untuk lingkungan sekitar. Ke depannya kami sangat berharap pemirsa terus menyukai sinetron ini, walaupun Mat So­lar sudah tidak bermain di dalamnya," kata Uut.

Manager Humas SinemArt Abdul Aziz mengungkapkan, rating sinetron yang sudah masuk episode 398 ini terus menjadi nomor satu hingga Selasa (22/1) malam.  Melihat pencapaian fenomenal ini, pihaknya belum bisa memberitahukan secara pasti akan tayang sampai berapa episode. "Kita tidak bisa katakan akan tayang sampai kapan. Hal itu bergantung pada rating juga kan. Dari pihak kita maunya terus ta­yang, selagi masyarakat masih menyukai sinetron ini, ya terus kita buat," ungkapnya.

Aziz menambahkan, sekarang ini tantangan mereka adalah bagaimana mempertahankan agar posisi TBNH tetap bagus. Biasanya, semakin panjang  jumlah episode sinetron, sema­kin susah juga mempertahankan mutu dan cerita yang logis.

"Kami dari SinemArt sejak awal memang membuat cerita dalam sinetron ini dekat dengan keseharian masyarakat sehingga kita tidak perlu memaksakan ceritanya. Dengan mengangkat keseharian yang ada di masyara­kat tersebut, kami berharap penonton tidak bosan dan memaksa ceritanya, jadi kami buat ceri­tanya senatural mungkin," imbuhnya.

Aziz menuturkan, un­tuk terus menjaga kualitasnya, production house (PH) selalu memantau ko-mentar maupun pendapat penonton dari media sosial, seperti Twitter, Facebook, dan lain-nya. "Sedangkan untuk survei, kami liat dari lembaga survei saja, seperti Ac Nielsen," sebutnya. Dia berharap masyarakat tetap menyukai sinetron ini dan tentunya setelah menonton film ini masyarakat mendapatkan suatu pesan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Di mata sosiolog, apa yang membuat sinetron disukai lantaran tayangan itu mengambil realita sosial yang dekat dengan kenyataan yang dialami masyarakat Indonesia. "Karena merasa sinetron yang ditontonnya mirip dengan ce­rita kehidupan masyarakat, maka banyak yang menonton dan menyukainya," kata Ricardi S Adnan, sosiolog dari Universitas Indonesia. Apa-lagi, tingkah laku para pemainnya dipandang menghibur dengan jalan cerita yang juga seru, membuat sinetron selalu dinanti kehadirannya.

(SEPUTAR INDONESIA, JUMAT 25 JANUARI 2013)