Dude Harlino : Yang Ketiga Mengguratkan Sejarah

 

Mendapat penghargaan sebagai artis favorit untuk ketiga kalinya tentu membuat Dude Harlino senang dan bersyukur. Piala ini selain ia jadikan cambuk untuk lebih baik, juga kian menyemangatinya untuk berbagi pengalaman melalui kelas akting.

Alhamdulillah. Pertama saya sangat bersyukur kepada Allah karena ini anugerah yang luar biasa dalam karier sinetron saya. Ini akan jadi cambuk dan semangat untuk saya. Saya akan mempersembahkan karya dengan lebih total dan lebih baik," ujar Dude, tersenyum.

la menggenggam erat piala Panasonic Gobel Award yang baru saja diterimanya pada Sabtu, 30/3. Dude mempersembahkan penghargaan itu kepada masyarakat yang memberikan dukungan kepadanya. Dude berterima kasih, karena mereka-lah ia masih terus berkarya di dunia hiburan.

Penghargaan ini sekaligus ia jadikan contoh. Bahwa dengan kerja keras, konsistensi, dan percaya pada jalan Tuhan, segalanya mungkin terjadi. Termasuk tiga kali meraih penghargaan seperti yang diterimanya.

"Dalam hidup, semuanya tidak ada yang tidak mungkin. Saya yakin semua jalan ditentukan oleh Allah. Yang pasti jangan pernah putus asa. Sebaliknya, selalu berikan yang terbaik," ujar pria kelahiran Jakarta, 2 Desember 1980 ini sekaligus membagi tips-nya.

MUBAZIR JIKA DINIKMATI SENDIRI

Dude mengenang, perjalanannya menuju dunia hiburan berawal dari ajakan seorang teman saat mulai masuk bangku perkuliahan.

"Dari TK sampai SMA saya tidak punya pikiran masuk entertainment. Karena dalam keluarga besar saya pun tidak ada sama sekali yang menekuni dunia ini. Begitu masuk kuliah, ada teman sekelas saya, kebetulan dia tergabung di salah satu teater, dia ngajak saya. 'De, ikut teater yuk, belajar akting. Kalau nggak suka pulang aja.' Ya sudah saya ikut," cerita Dude.

Pada minggu pertama Dude masih sekadar melihat-lihat. Memasuki minggu kedua rasa penasarannya menuntut untuk dipenuhi.

"Saya akhirnya masuk. Memang butuh waktu untuk beradaptasi. Di bulan kelima dan keenam saya baru bisa menemukan ketertarikan, wah ternyata asyik banget berakting. Bisa berubah karakter jadi ini atau itu. Saya mulai menikmati. Nah akhirnya setelah hampir satu tahun belajar, saya merasa pengin ikut casting. Pengin coba ilmu yang pernah saya pelajari bisa berguna nggak ya kalau saya casting, bisa jadi pekerjaan nggak ya?" Dude menirukan rasa penasarannya.

Rupanya Dude butuh berulangkali casting hanya untuk mendapat sebuah peran figuran. Namun ia tak mau berputus asa.

"Begitu jadi figuran, mulai ada tawaran-tawaran kecil. Nah momen yang paling besar adalah ketika masuk sinemart. Saat itu saya ikut pemilihan bintang sinetron 'Ada Apa Dengan Cinta'. Tapi saya hanya masuk sampai final saja. Tapi aku beruntung ikut karantinanya segala macam. Akhirnya 30 orang finalis semuanya dikontrak. Akhirnya pada 2002 saya dimasukkan dalam serial 'Di Sini Ada Setan'. Sekian puluh episode rating-nya bagus. Nah Pak Leo bilang ini akan dibuat layar lebar. Begitulah kemudian aku langsung main sinetron dan layar lebar pada saat bersamaan," kenang Dude.

Sejak itulah secara pelan namun pasti Dude terus mencuri perhatian dan bisa dikata jadi 'Raja Sinetron'. Pada 2007, ia mendapatkan piala Panasonic untuk pertama kalinya. Untuk kedua kalinya Dude mendapatkan piala yang sama pada tahun 2010.

"Mendapat anugerah Panasonic Award itu buat saya, kayak'baru lahir. Setelah sekian lama saya berjalan di bidang ini, itu sebuah penghargaan yang saya merasa sangat terarhat dihargai dan diperhatikan banyak orang. Saya merasa mendapat kesadaran, seperti baru melek saja," katanya suatu ketika.

Penghargaan ini memacu dirinya. "Oke, berarti saya musti memberikan yang terbaik lagi bagi penonton karena mereka sudah memberikan yang terbaik buat saya. Maka saya harus mengembalikan pada mereka dengan memberikan karya yang terbaik dari saya. Panasonic itu sejarah dalam hidup saya dan memberi motivasi yang luar biasa," lanjut Dude.

Karena proses panjang itu, Dude ingin berbagi pengalaman dengan siapapun yang membutuhkan. Terutama seseorang yang ingin seperti dirinya dan teman-teman di dunia peran.

"Saya melihatnya begini, banyak orang yang ingin belajar akting. Dan pengalaman yang saya punya selama ini kalau saya simpan dan nikmati sendiri menurut saya mubazirlah. Jadi kenapa nggak saya bagi? Siapa tahu berguna buat orang lain juga. Jadi saya pernah casting seperti apa, saya pernah main karakter seperti apa, saya pernah dapat skenario seperti ini, saya pernah bertemu lawan main yang seperti ini. Itu sudah menjadi pengalaman dan bekal hidup saya. Kalau ada yang bisa saya bagi dan berguna buat orang kenapa saya simpen sendiri?," katanya.

 
(Wanita Indonesia, Edisi 1212, 6-12 April 2013)