Cut Meyriska : Psycho Cantik yang Lembut dan Sopan

Pemirsa sinetron Catatan Hati Seorang Istri, yang sebagian besar kaum Hawa, boleh jadi dibuat jengkel dan sebal dengan karakter yang dimainkan Cut Meyriska. Karakternya di sinetron garapan SinemArt Productions ini membuat sebagian besar penonton ikut benci. Kehadirannya dianggap mengganggu rumah tangga orang. Bahkan, di kehidupan nyata, pemeran Karin ini sering kali dicubit pipinya dan bahkan dijewer teiinganya oleh ibu-ibu di muka umum. Namun, si "Hello Kitty" ini, enggan dibilang karakter wanita antagonis. Lalu?

“Mmm.. Bagaimana ya sekarang kondisi mbak Hana, keguguran atau enggak, ya? Padahal aku mau lihat dia menderita.."

Itulah salah satu penggalan dialog Karin (Cut Meyriska), dengan mimik sinis, dalam dialog di salah satu episode sinetron Catatan Hati Seorang Istri di RCTI, pekan lalu.

Di adegan tersebut, diketahui Hana (Dewi Sandra) tengah dilarikan ke rumah sakit. Dalam kondisi terbaring, Dr.Wisnu (Teuku Ryan) terlihat mengantar Hana ke sebuah ruangan perawatan khusus.

Mendengar kabar mantan istrinya terbaring di rumah sakit, Bram (Ashraf Sinclair) kalut dan cemas. Di sebuah kamar pribadi, Bram langsung menuduh istrinya, Karin, yang mencelakai Hana. Di saat bersamaan, datang Sofie, kakak Karin, yang mencoba melerai keduanya.

Tiada henti-nentinya Karin memasang nada benci dan murka terhadap Hana, meski Bram sudah bercerai dengan Hana. Meski tidak secara fisik melukai Hana, Karin sangat piawai 'melukai' batin Hana iewat ucapan yang membuat tersinggung perasaan seseorang.

Sudah dua bulan lebih karakter Karin melekat di tubuh Cut Meyriska atau akrab disapa Chika. Adalah 'Hello Kitty', karakter yang melekat kuat pada Chika. Kehidupan rumah tangga Hana diuji ketika ia menemukan sosok bernama 'Hello Kitty' yang kerap mengirim pesan singkat elektronik mesra pada Bram.

Dengan karakter itu, membuat nama Chika semakin dikenal. Justru popularitas terkenal yang diperoleh tak selalu berbuah manis. Tak sedikit penonton kesal dengan ulah Karin, yang dianggap mengganggu rumah tangga Hana-Bram. Sampai akhirnya, keduanya bercerai dan Bram menikah dengan Karin.

Penggoda

Menanggapi tanggapan penonton karena dianggap wanita penggoda, Chika memberikan pemahaman. "Waktu itu Karin pulang kuliah, dan magang di kantor Bram lalu menjalin hubungan. Karin enggak tahu kalau Bram sudah punya istri dan anak," ucapnya, memberi penjelasan, dijumpai pekan lalu di lokasi syuting sinetron Catatan Hati Seorang Istri, di Tanjung Barat Indah, Jakarta Selatan.

Karin, mengaku jatuh cinta pada Bram, karena melihat sosok dewasa. Sebab, sejak kecil Karin sudah kehilangan sosok ayah. Memerankan 'Hello Kitty', bagi kebanyakan penonton, Karin dianggap berperan sebagai wanita antagonis. Padahal, sejatinya tidak seperti itu.

"Bukan antagonis tetapi psycho. Karin masih ada nurani. Memanggil Hana saja pakai kata 'Mbak', masih pakai kata sopan dan halus, tidak kasar," tambah gadis kelahiran Medan, 26 Mei 1993 ini.

Awalnya, kata Chika, sosok Karin sangat baik. Sampai kemudian Karin hamil oleh Bram, dan lelaki itu tidak berusaha menikahi dirinya.

Sejak itulah perangai psycho Karin muncul. Sejak memerankan peran tersebut, Chika mengakui, adanya pandangan miring masyarakat.

"Macam-macam. Karin hanya menuntut hak dan tanggung jawab. Tetapi masyarakat hanya bisa menilai dari sisi Hana. Apalagi sekarang Karin hamil dan melahirkan, kena baby blues syndrome, makin judes deh, hehe," ungkapnya.

Tak heran, akibat perannya sebagai Karin, pemilik nama asli Cut Ratu Meyriska ini mulai dikenal oleh ibu-ibu yang kebetulan tengah berpapasan ketika ia di luar, tak ada jadwal syuting.

Cubitan dan cakaran tubuh, sering Chika alami. Beberapa di antaranya bahkan memberi cibi'ran. Beruntung, setiap bepergian, Chika kerap mengajak sang mama. "Mama yang suka jelasin ke orang-orang kalau sikap aku itu cuma ada di peran saja, hehe. Tetapi aku enggak takut bertemu orang, biasa aja. Masyarakat sekarang pemikirannya sudah maju," ujarnya.

Chika tidak menyangka, perannya di sini bisa berkembang sampai benar-benar menjadi psycho. Sampai-sampai, ia harus mengontrol dan mengetahui dengan tepat kapan harus marah, tertawa, atau menangis.

Karakter demikian sempat membuat Chika kesulitan karena memainkan tiga emosi sekaligus dalam satu scene. "Butuh tenaga superduper. Tetapi sebelumnya, saya pemanasan dulu. Diusahakan sih, bercanda atau rileks dulu," katanya.

Bila pesinetron seusianya lebih memilih peran 'aman' atau protagonis, Chika memang memilih jalur berbeda. Ia mengaku senang memerankan tokoh yang dibenci oleh ibu-ibu ini. Diakuinya, tokoh ini adalah pengalaman pertamanya.

Pada beberapa judul sinetron sebelumnya, Chika pernah mendapat peran antagonis. Tetapi tidak seantagonis Karin di sinetron ini. Untuk memerankan tokoh ini, Chika tidak menemui kesulitan. Ia hanya membuka internet dan belajar dari sutradara. Selebihnya menonton film luar.

Termasuk adegan beberapa hari lalu, dimana Karin yang sedang mengandung tertabrak mobil ketika mengejar Bram. Bagaimana akhir kisah Karin?

"Sinetron ini mengandung pesan penting, bahwa selingkuh harus ditanggapi seperti apa. Dan jangan sekali-kali mengganggu suami orang," ucapnya, yang kini tengah mengambil program studi Public Relations semester 8 di Interstudi, di Jakarta Selatan.

 

(Cek & Ricek, Edisi 847, 19-25 November 2014)