William, Harry, dan Aqeela tengah asyik duduk santai. Aqeela jadi pusat perhatian dengan ceritanya yang super heboh. Suasana hangat itu mendadak berubah saat Zara muncul. Senyumnya tipis, tapi tatapan matanya serius. “Aqeela… aku boleh ngobrol sebentar sama Harry? Berdua.” Aqeela langsung freeze. Mata membesar, jantungnya seperti mau copot. Tapi ia buru-buru menyunggingkan senyum lebar, mencoba terlihat santai. “Oh ya, of course! Of course dong! Dalam hati membatin, “Ini… ini pasti strategi awal buat bantu hubungan gue sama Harry…”

Sementara itu, Harry dan Zara kini duduk berhadapan. Suasana terasa tegang. “Iya. Aku suka sama Aqeela.” kata Harry tanpa basa-basi. Zara terdiam beberapa detik, lalu tersenyum kecil. “Oke, kita orang yang sama-sama udah saling tahu ya.”

Di meja IC, Aqeela gelisah sendiri, membayangkan apa yang sedang dibicarakan Harry dan Zara. Tiba-tiba, Gaspol Squad masuk berempat, Yudetra, Andro, Gema, dan Jefan. Aqeela langsung panik. “Ada potensi gangguan… Gue harus cegah!” Dengan refleks superhero ala Aqeela, ia melesat dari meja, berdiri di depan mereka sambil membentangkan tangan. “STOP! No gangguan, no lalu-lalang, no nanya-nanya. Paham?!” Gaspol Squad terdiam, saling pandang dengan ekspresi bingung.

Namun belum sempat mereka menjawab, Victoria datang dari arah meja Slay Queen. Langkahnya cepat, ekspresinya penuh api. Ia menghampiri Fattah dengan tatapan membakar. “Fattah! Aku cuma mau tanya satu hal. Satu aja. Oke? Kenapa kamu bisa ngebiarin Harry dan Zara duduk berduaan… Kamu nggak cemburu?! Ini tuh pelanggaran etika perasaan!”.