LUKA CINTA : William mulai curiga dengan Om Erwin, karena merasa Om Erwin menyembunyikan tentang Salma

Irish turun dari mobil dengan langkah angkuh. Dari arah berlawanan, Salma keluar dari minimarket sambil membawa kantong belanja. Tatapan mereka bertemu. Irish mendengus, sinis. “William sekarang sudah melupakan kamu, Salma. Jadi kalau masih ada harapan di hatimu buat rujuk… hapus aja semua itu. Percuma.” Suaranya tajam menusuk, membuat dada Salma sesak.

Ridwan bersiap pergi ke rumah William dengan wajah penuh tekad. Salma mengejarnya, menahan lengan sang ayah dengan panik. “Ayah, jangan nekad! Mas William gak boleh ingat tentang aku…!” Wita, yang melihat itu, heran dan bertanya, “Kenapa? Ada apa sebenarnya?” Dengan suara bergetar, Salma akhirnya mengaku, “Kalau William mau sembuh, William harus melupakan aku!”

Saat semua rumah telah sunyi dan Sally tertidur lelap, Salma duduk termenung di meja kecil. Tangannya menulis di buku harian dengan air mata yang terus mengalir. “Aku tahu… di hatimu sudah ada cinta lain, cinta yang membuat jiwamu teduh…”

Sementara itu, di ruang kerja yang tegang, Will menatap tajam ke arah Erwin. Suaranya penuh kecurigaan. “Papa ternyata kenal dengan Salma, kan?!” Erwin terdiam, jemarinya mengepal gelisah. Will mendesak, “Papa, jujurlah! Kenapa setiap dengar nama Salma… aku merasa ada sesuatu yang papa sembunyikan? Siapa sebenarnya dia?!”